Siapa yang tak pernah jatuh cinta? Cinta bisa menyerang siapa saja, tanpa membedakan latar belakang budaya, status sosial, tingkat pendidikan dan usia. Bahkan anak-anak kecil yang masih tk atau sd ada yang sudah berani ngomongin cinta. Padahal hakikat cinta yang sebenarnya bukanlah soal si A suka sama si B, atau si C, si D, dan seterusnya.
Penting sekali menanamkan edukasi pada siapa saja, bahwa cinta yang benar itu sesuai dengan aturan dan norma. Seperti cinta yang diikat dalam pernikahan.
Pernikahan bukan untuk sebulan dua bulan saja. Tetapi untuk selamanya. Bukan cinta sesaat ala anak-anak muda yang mengarah ke zina. Tahu sendiri kan gaya anak-anak muda pacaran saat ini? Ngeri banget.
Katanya kalau tidak mau diajak ML, itu berarti nggak cinta. Hah? Itu cuma modus buaya darat. Justru kalau si cowok benar-benar cinta harusnya lebih berjiwa ksatria dong. Bilang ke ayah si gadis dan melamarnya dengan jaminan bahwa si cowok akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyayanginya, menjaganya, membahagiakannya hingga maut memisahkan.
Karena cinta bisa datang dan pergi. Ia datang seringnya tanpa permisi. Begitu pun kadang ia bisa pergi dengan menoreh luka di hati.
Iya, cinta itu virus dahsyat yang obatnya nggak ada di apotek mana pun. Orang yang tadinya waras bisa gila karena cinta.
Ada kisah nyata tentang seorang cowok yang tergila-gila dengan wanita idamanya. Saking cintanya ia bahkan melakukan tindakan yang menakutkan. Semua itu didorong dengan cinta yang berlebihan kepada orang yang disukainya.
Namun sayang sungguh disayang, kasih itu tak pernah sampai. Ia terus-menerus stalking gadis yang dicintainya. Bahkan membuat akun social media palsu tentang si gadis. Lebih jauh lagi, dalam akun palsu buatannya itu, ia membuat skenario seakan-akan ia dan gadis itu memiliki hubungan dan saling mencintai.
Usut punya usut ternyata ketahuan kalau cowok itu ternyata menderita gangguan jiwa. skizofrenia. Kurang tahu apakah ia mengalami gangguan itu karena kasih tak sampai, atau justru karena ia skizo makanya ia melakukan hal yang aneh-aneh. Entahlah.
Tetapi moral of the story adalah cinta yang salah itu bisa menjadi sangat berbahaya. Mengapa memberikan cinta yang begitu besar kepada orang yang tidak berhak? Tunggulah hingga saat yang tepat tiba.Aku bukan pakar cinta sebenarnya, tapi tulisan ini juga untuk mengingatkanku bahwa mendefinisikan cinta tidak mesti seperti yang digambarkan di novel picisan, atau drama korea.
Kalau cinta sekedar diartikan dengan kata-kata yang terukir di pohon, di bangku kelas, atau hadiah cokelat dengan mawar merah, maka itu adalah definisi yang sempit sekali. Lagipula bukankah apa saja yang kita cintai di dunia ini lambat laun akan ditinggalkan?
Cintai hanya untuk yang berhak untuk dicintai.
Coz we...
Live. Love. Leave... (this world)
0 comments