Perempuan memang selalu ingin
terlihat cantik. Dan untuk mendapatkannya mereka akan melakukan berbagai cara.
Mulai dari yang sederhana seperti menata rambut, membersihkan muka, memakai
pakaian yang matching dari ujung kepala sampai ujung kaki, hingga cara yang
ekstrim seperti operasi plastik.
Menariknya perempuan bukan
hanya berusaha untuk tampil cantik di hadapan lelaki yang disukai. Namun juga
di hadapan sesama perempuan. Disadari atau tidak, perempuan cenderung saling
berkompetisi dengan sesama perempuan untuk menjadi yang tercantik. Dan jika
ekspektasi untuk tampil cantik itu gagal, mereka rentan dengan perasaan tidak
aman (insecure), cemas, bahkan stres.
Dampaknya kemudian bisa menjadi
sangat beragam. Sebagian perempuan bisa melakukan apa saja untuk bisa menjadi
cantik. Memakai make up, bahkan
gonta-ganti merk karena satu produk dianggap tidak cocok dan mencoba produk
lain dengan harapan ingin mendapatkan hasil yang lebih baik.
Tak heran bisnis kosmetik dan
fashion begitu laris karena pangsa pasar perempuan sangat mudah untuk
dipersuasi untuk tampil cantik. Kosmetik dari cat rambut, conditioner, krim
malam, deodorant, parfum, hingga cat kuku, semua ada pembelinya. Mulai merek abal-abal
yang mengandung bahan berbahaya hingga kosmetik dokter yang mahal seharga
ratusan juta seakan bukan menjadi pertimbangan. Jika sudah ngebet ingin cantik,
rasionalitas menjadi urusan belakang.
Saya pernah mewawancarai
beberapa orang mengapa memakai kosmetik tertentu? Dan mengapa menjadi cantik
itu penting hingga mereka terkesan melakukan segala cara untuk bisa tampil
mempesona dan menonjolkan daya tarik kepada orang lain?
Jawaban kebanyakan relatif
sama. Mereka menganggap itu kebutuhan. Bahkan mereka menganggap bahwa perempuan
yang tidak berdandan itu aneh. Lingkungan sosial dan kultural kita memang
menempatkan perempuan dalam posisi sebagai objek daya tarik sehingga secara
tidak sadar, perempuan sendiri menerima hal itu dengan senang hati.
Dalam tulisan ini saya tidak
ingin menyatakan pro atau kontra dengan masalah itu. Yang saya tekankan
sebenarnya adalah apakah cara kita (perempuan) sudah benar dalam upaya untuk
tampil cantik?
Ya. Tampil cantik itu ada
aturan mainnya. Apalagi jika kamu muslimah.
Jika kamu seorang perempuan
beragama Islam dan tidak tahu kalau agama mengatur bagaimana selayaknya
perempuan mengekspresikan kecantikannya, maka itu MASALAH.
MASALAH BESAR malahan.
*
Islam Mengatur Cara Perempuan Berpakaian
Pakaian perempuan di luar rumah
adalah pakaian yang tidak menonjolkan keindahan pemakainya. Tidak memakai
pakaian yang seksi, terbuka hingga terlihat sebagian kulit tubuhnya. Pakaian
muslimah tertutup, longgar, tebal, dan minim hiasan. Hijab yang dipakai tidak
perlu yang terlalu “fancy” dengan headpiece bunga, bulu burung merak, atau
sarang lebah, dan sebagainya. Big no no.
Pakaian dan hijab perempuan di
luar rumah tidak perlu yang menarik perhatian. Yang penting menutup dengan
sempurna, longgar, gelap, tidak memperlihatkan lekuk tubuh baik dari jenis
bahannya yang tipis menerawang, atau dari bahannya mudah menempel ke tubuh/
ketat.
Ada ancaman keras bagi
perempuan yang suka menampilkan daya tarik tubuhnya dengan fashion yang tidak
sesuai syari’at. Seperti hadist berikut:
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا:
قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ، يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ؛
وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ، رُءُوسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلاَ يَجِدْنَ
رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum kulihat: (1) suatu
kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi, yang mereka gunakan untuk
mencambuk manusia, dan (2) para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka
berjalan sambil berlenggak-lenggok (berjalan dengan menimbulkan fitnah), dan
kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka (para wanita ini) tidak
akan masuk surga dan tidak dapat mencium bau harum surga, padahal baunya
tercium dari jarak sekian-sekian.” (HR.
Muslim no.
5704)
Selain itu dari segi pakaian,
muslimah juga perlu menghindari gaya tomboi atau maskulin seperti laki-laki.
Karena perempuan dilarang menyerupai kaum adam, begitu pun sebaliknya.
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ
Setelah itu, beliau berkata bahwa yang dimaksud adalah para
wanita yang menyerupai pria dalam hal pakaian dan bicara mereka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata,
“Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam bersabda, ‘Allah
melaknat wanita yang memakai pakaian pria dan pria yang memakai pakaian
wanita.” (al-Kaba’ir,
al-Imam adz-Dzahabi, hlm. 138)
Islam Mengatur Cara
Perempuan Berdandan
Perempuan seakan tak pernah dari make up. Namun bagi muslimah, urusan berdandan ini juga diatur.
Berdandan yang dilarang adalah:
Mencukur Alis
Saya tidak habis pikir dengan masalah mencukur alis ini.
Karena di kampung tempat saya tinggal pun ternyata banyak juga yang
melakukannya. Padahal mayoritas Islam. Apakah mereka tidak tahu kalau mencukur
alis itu dilarang? Tidak tahu atau TIDAK MAU TAHU? Atau sudah tahu, tapi karena
banyak yang melakukan jadi merasa itu boleh-boleh saja? Kalau memang benar
tidak tahu, apa tidak berusaha mencari tahu? Bukankah media seperti buku,
majelis taklim, kaset ceramah, adalah media yang sangat umum di negara yang
mayoritas muslim ini? Kita tidak tinggal di Korea Utara, di mana akses
informasi dan komunikasi sangat minim.
Sungguh kalau seorang muslim mau dan bersungguh-sungguh
ingin memperdalam Islam, minimalnya ia akan tahu hadist ini:
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam telah
bersabda,
لَعَنَ اللهُ النَّامِصَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ
“Allah melaknat wanita-wanita yang mencukur alis dan yang alisnya
dicukur.” (HR.
al-Bukhari no.
4886 dan Muslim no. 5695)
Dan semoga setelah tahu bahwa mencukur alis dan menggantinya
dengan pensil alis atau tinta (seperti tato) itu dilarang, segeralah diamalkan.
Memakai Wewangian
Semerbak
Siapa pun juga akan merasa tidak percaya diri jika memiliki
bau badan. Sebagian orang menyiasatinya dengan memakai parfum agar bau
tersamarkan. Bagi perempuan muslimah memakai parfum atau wangi-wangian di luar
rumah di depan publik (apalagi di antara kaum pria) itu tidak diperbolehkan
secara syari’at.
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ
عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
“Wanita mana saja yang memakai wewangian lalu berjalan melewati
sebuah kaum agar mereka mencium bau wanginya, maka dia adalah pezina.” (HR.
Abu Dawud no.
4175, an-Nasa’i no.
5126, dan at-Tirmidzi no.
2786. Al-Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.” Hadits ini dinyatakan
hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahihul
Jami’ no.
2701)
Menyambung Rambut
(Hair extension)
Menyambung rambut yang di masa kini dikenal dengan hair extension tampaknya sangat umum
dilakukan perempuan. Tapi tahukah kamu jika menyambung rambut ini dilarang
dalam Islam? Sama saja apakah menyambung rambut sebagian atau seluruhnya
(memakai wig/ rambut palsu).
لَعَنَ اللهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ
“Allah melaknat wanita yang menyambung rambut dan yang minta
rambutnya disambung.” (HR. al-Bukhari no. 5933 danMuslim no. 5687)
Asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
pernah ditanya, “Bolehkah wanita menggunakan sanggul (rambut palsu/wig)?”
Beliau menjawab, “Sanggul (rambut palsu/wig) haram hukumnya
karena termasuk perbuatan menyambung rambut. Walaupun tidak tersambung (secara
langsung), sanggul/wig tersebut membuat rambutnya terlihat lebih panjang
daripada aslinya, sehingga menyerupai menyambung rambut. Sungguh, Rasulullah
telah melaknat wanita yang menyambung rambut dan yang minta rambutnya
disambung.” (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibni ‘Utsaimin, Juz 11/92)
Operasi Plastik
Operasi plastik yang sangat populer di negeri Gingseng alias
Korea Selatan tampaknya berimbas pada jumlah operasi plastik. Apalagi demam
artis Korea di negara kita ini sangat luar biasa. Kosmetik korea laris manis
bak kacang goreng.
Dan bagi kalangan The
Have, jalan operasi plastik bukan lagi hal yang aneh. Siapa punya uang, mau
cantik, mau kelihatan bohay, operasi
plastik pun jadi jalan pintas.
Dalam Islam, operasi kecantikan itu masuk kategori mengubah
ciptaan kalau dilakukan tanpa keperluan. Hanya semata-mata karena tidak puas
punya hidung pesek, tidak suka dengan mata yang sipit, ingin menghilangkan
tulang rusuk biar punya perut seramping boneka Barbie, dan … hal-hal nggak
masuk akal lainnya. Semua itu haram.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
هُوَ ٱلَّذِي يُصَوِّرُكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ
كَيۡفَ يَشَآءُۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ٦
“Dialah yang membentuk kalian dalam rahim sebagaimana
dikehendaki-Nya. Tidak ada ilah (sembahan yang berhak disembah) melainkan Dia,
yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (Ali
‘Imran: 6)
Operasi diperbolehkan untuk tindakan akibat kecelakaan,
terluka, dan hal-hal yang tidak normal seperti misalnya munculnya bulu-bulu di
wajah karena kelainan hormon.
Asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah pernah
ditanya,
“Apa hukum melakukan
operasi kecantikan?”
Beliau menjawab, “(Operasi) kecantikan ada dua macam.
Yang pertama, (operasi) kecantikan untuk menghilangkan aib
(cacat,) akibat kecelakaan atau yang lainnya. Hal ini tidaklah mengapa, tidak
ada dosa padanya, karena Nabi n telah mengizinkan seorang pria—yang terputus
hidungnya akibat perang—untuk memakai hidung dari emas.
Yang kedua, (operasi) kecantikan bukan untuk menghilangkan
aib, melainkan untuk menambah kecantikan. Hukumnya haram, tidak boleh, karena
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam bersabda, ‘Allah
melaknat wanita-wanita yang mencukur alis dan yang alisnya dicukur; yang
menyambung rambut dan yang minta rambutnya disambung; yang membuat tato dan
yang minta ditato.’ Operasi
tersebut mengandung unsur memperbarui kecantikan yang sempurna, dan tidak
mengandung unsur penghilangan aib.”
(Al-Jami’ li Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah hlm. 283)
*
Islam mengatur muslimah agar berperilaku dan bersikap sebagaimana
mestinya. Berdandan, tampil cantik pun ada batasannya. Bagi yang bersuami,
perempuan harus lebih berusaha menjadi yang tercantik. Menjadi ratu. Berdandan
harusnya lebih ditekankan saat di rumah daripada di luar rumah.
Heran, kan? Kenapa saya justru sering melihat perempuan justru
taking too much efforst saat keluar
rumah? Berjam-jam dandan, pakai make up
seabrek, baju paling modis, sepatu paling matching, saat mau ke luar entah ke
kampus, ke kondangan, atau sekedar beli mie instan di Indomaret?
Wallahu a’lam bish shawab.
0 comments