Kita
adalah makhluk sosial. Hidup di lingkungan yang luas, entah di sekolah, kampus,
tempat kerja, atau lingkungan tetangga tidak mungkin bebas dari masalah. Salah
satu masalah yang kerap menguras pikiran adalah ... berhadapan dengan orang
menyebalkan!
Ada
di antara mereka yang tukang bohong, tukang adu domba, ada yang suka bergosip,
ada yang pelit banget, ada yang mata keranjang (suka flirty), ada yang angkuh,
ada yang suka lebay (ratu drama), ada yang ngomongnya kasar (bahkan suka
mengucapkan F* word ), ada yang bossy, berisik, sering pinjam uang tapi suka
lupa bayar, dan lainnya. Macam-macam karakter orang yang bisa dikategorikan “menyebalkan”,
tergantung persepsi kita juga.
Apapun
itu, salah satu ciri yang bisa membuat kita mengklasifikasi si “orang tadi”
sebagai orang yang menyebalkan intinya satu. Kita nggak pernah nyaman dengan
kehadirannya. Saat ia ada, kita merasa begitu lelah, begitu capek hati
melihatnya (sekedar melihat doang loh, belum diperlakukan gimana2). Lah begitu
si doi pergi, ternyata hati kita bisa “plong” dan mood kita berubah menjadi
lebih baik.
Pernah merasa begitu?
Seperti
apa?
1. Abaikan.
Hal ini berlaku untuk orang-orang yang tidak terkait dengan kita.
Teman bukan, saudara bukan, rekan kerja bukan, ya sudah...siapa elo? Just leave
them alone. Hal ini jauh lebih mudah daripada menanggapi mereka. Masih ada
orang lain yang lebih baik dijadikan kawan.
2. Menata hati.
Jika ternyata orang yang menyebalkan itu ternyata orang dekat kita
sendiri, dan kita mau nggak mau mesti interaksi dengannya, maka kita bisa
menata hati dengan berusaha untuk senetral mungkin saat berinteraksi dengannya.
Saat
merasa terganggu, tidak perlu dimasukkan hati. Sebaliknya upayakan untuk
memahami dalam konteks apa ia bersikap seperti itu. Mungkin ia memiliki masa
lalu yang pahit (misal ia seorang dalam keluarga broken home), atau ia sedang
sedih, depresi, apapun itu.
Maka
cobalah untuk menggali sebab di balik sikap yang menyebalkan itu. Dari situ
mungkin kita bisa lebih bisa berempati dengan keadaanya, dan di sisi lain
besyukur dengan keadaan kita yang jauh lebih baik.
Cara
ini lebih fokus untuk diri kita sendiri. Itu langkah pertama untuk menjaga agar
kita tetap “waras". Lagi pula jauh lebih sulit untuk mengubah karakter
orang lain. Kecuali jika orang itu sadar sendiri. Apalagi jika si orang itu
serumah dengan kita, wah...benar-benar harus berusaha fokus untuk tidak
terpancing dengan hal-hal negatif yang mengganggu kita.
3. Beri contoh yang baik.
Jika orang itu cukup dekat dengan kita, dan termasuk
orang yang mau dikritik, maka berikanlah nasihat atau saran dalam situasi yang
santai. Beri contoh langsung dengan perilaku dan sikap kita yang sekiranya bisa
mengubah pandangannya. Sesekali ceritakan juga perspektif kita agar ia tahu
bahwa apa yang dilakukannya ternyata bisa membuat orang lain tidak nyaman di
dekatnya.
Memberi
contoh langsung juga terkesan jauh lebih “halus” daripada mengkritik langsung.
Karena kadang ada manusia yang tidak suka disalahkan dan cenderung defensif
jika dinasihati.
4. Cintai diri sendiri.
Ya, mengapa tidak? Kita sendiri punya beban yang harus
diselesaikan. Berhadapan dengan orang-orang seperti itu hanya akan membuat
stres, tekanan darah naik, dan secara psikis (fisik juga) akan menyiksa
hari-hari kita. Segera update mood dengan melakukan hal-hal yang membuat energi
negatif menyingkir. Kalau bisa dijauhi, ya menjauhlah. Kalau tidak ada jalan
lain, coba diskusikan dengan konsultan psikologi untuk alternatif yang lebih
spesifik (serius musti ke psikiater/psikolog? bukannya itu untuk orang-orang neurotik? ...ya, nggak harus sih, cuma tentu kita butuh orang yang ahli untuk bisa membahas dan memcahkan masalah secara lebih akurat).
Dan satu lagi, kadangkala terlalu menyimpan semua masalah sendiri akan membuat hal-hal sepele tampak besar. Mungkin ada baiknya jika kita lebih banyak berkomunikasi positif dengan orang-orang yang positif. Carilah energi positif dengan bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang baik.
have
a nice day
6 comments